BAB I
PENDAHULUAN
Manusia
tumbuh dan berkembang pada masa bayi ke masa dewasa melalui beberapa langkah
dan jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangan itu pada dasarnya
merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Interaksi sosial
merupakan proses sosialisasi yang mendudukan anak sebagai insan yang secara
aktif melakukan proses sosialisasi. Bersosialisasi pada dasarnya merupakan
proses penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Perkembangan Hubungan Sosial.
Hubungan
sosial merupakan hubungan antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial
diartikan sebagai cara-cara individu bereaksi terhadap dirinya (Anna
Alishahbana, dkk. : 1984). Hubungan sosial ini menyangkut juga penyesuaian diri
terhadap lingkungan seperti makan sendiri, berpakaian sendiri,patuh pada
peraturan dll. Hubungan sosial diawali dari rumah sendiri yang kemudian
berkembang dalam lingkup sosial yang lebih luas, seperti sekolah dan teman
sebaya, kesulitan anak berhubungan sosial dengan teman sebaya ini biasanya
disebabkan oleh pola asuh yang penuh dengan unjuk kuasa oleh orang tua. Situasi
kehidupan dalam keluarga berupa pola asuh orang tua yang salah, pada umumnya
masih bisa diperbaiki oleh orang tua itu sendiri, tetapi situasi pergaulan
dengan teman-teman sebaya cenderung sulit di perbaiki (Sunarto : 1998). Hubungan
sosial dimulai dari tingkat yang sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang
sederhana. Semakin dewasa, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan
demikian, tingkat hubungan sosial juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada
jenjang perkembangan remaja, seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain
demi memenuhi kebutuhan pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan
bahwa pengertian perkembangan sosial adalah berkembangnya tingkat hubungan
antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
B.
Pengaruh
Perkembangan Sosial terhadap Tingkah Laku.
Hubungan sosial
individu dimulai sejak individu berada di lingkungan rumah bersama keluarganya.
Segera setelah lahir hubungan bayi dengan orang di sekitarnya, terutama ibu,
memiliki arti yang sangat penting (Boweby, 1987 : 25). Kehangatan dapat
dirasakan dalam hubungan ini. Pengalaman hubungan sosial yang amat mendalam
adalah melalui sentuhan ibu kepada bayinya, terutama saat menyusui.
Perkembangan
sosial anak semakin berkembang ketika anak mulai memasuki masa prasekolah,
kira-kira umur 18 bulan. Pada umur ini dimulai dengan tumbuhnya kesadaran diri
atau yang dikenal dengan kesadaran akan dirinya dan kepemilikannya. Pada umur
ini, keinginan untuk mengeksplorasi lingkungan semakin besar sehingga tidak
jarang menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kedisiplinan. Pada masa ini
sampai akhir masa sekolah ditandai dengan meluasnya lingkungan sosial. Selain
dengan anggota keluarganya, pada masa ini anak mulai mendekatkan diri kepada
orang-orang lain di lingkungannya. Meluasnya lingkungan sosial anak menyebabkan
anak memperoleh pengaruh di luar pengawasan orang tuanya. Hubungan sosial pada
masa ini anak melakukan proses emansipasi dan sekaligus individuasi. Dalam
proses ini, teman-teman sebaya mempunyai peranan yang sangat besar.
C.
Perkembangan Interaksi Sosial Remaja.
Salah satu pakar teori interaksi Thibaut dan
Kelley (1976) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi
satu sama lain ketika dua orang atau lebih orang bersama, mereka menciptakan
suatu hasil satu sama lain. Chaplin (1979) juga mendefinisikan bahwa interaksi
merupakan hubungan sosial antara beberapa individu yang mana individuindividu
itu saling memengaruhi satu sama lain secara serempak. Homas (Shaw, 1985:71)
mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas atau
sentimen yang dilakukan seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran (reward) atau hukuman (punishment)
dengan menggunakan suatu aktivitas atau sentimen oleh individu lain yang
menjadi pasangannya. Sedangkan Shaw (1976:447) mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antar pribadi
yang masing-masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran
mereka, dan masing-masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Jadi interaksi
adalah hubungan timbal-balik antara dua orang atau lebih dan masingmasing orang
yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif.
D.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial.
Proses sosialisasi iindividu terjadi di tiga lingkungan utama,
yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
1.
Lingkungan
keluarga
Ada
sejumlah faktor dari dalam keluarga yang sangat dibutuhkan oleh anak dalam
proses perkembangan sosialnya, yaitu kebutuhan akan rasa aman, dihargai,
disayangi, diterima, dan kebebasan untuk menyatakan diri. Rasa aman meliputi
perasaan aman secara material dan mental. Perasaan aman secara material berarti
pemenuhan kebutuhan pakaian, makanan, dan sarana lain yang diperlukan sejauh
tidak berlebihan dan tidak berada diluar kemampuan orang tua. Perasaan aman
secara mental berarti pemenuhan oleh orang tua berupa perlindungan emosional,
menjauhkan ketegangan, membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, dan
memberikan bantuan dalam menstabilkan emosinya.
Manusia normal, baik anak maupun orang dewasa, senantiasa
membutuhkan perhargaan atau dihargai oleh orang lain. Memberikan pujian kepada
anak secara tepat adalah sangat baik. Cara ini akan dapat menimbulkan perasaan
disayang pada diri anak yang dinyatakan secara menyenangkan oleh orang tua.
Seorang anak yang merasa dirinya disayangi akan memiliki kemudahan untuk dapat
menyayangi orangtua dan keluarganya, sehingga akan merasakan bahwa dirinya
dibutuhkan dalam keluarga. Dalam situasi demikian, anak akan merasa aman,
dihargai, dan disayangi.
Harmonis – tidaknya, intensif – tidaknya interaksi antar anggota keluarga
akan memengaruhi perkembangan sosial remaja yang ada didalam keluarga. Gardner
(1983) dalam penelitiannya menemukan bahwa interaksi antar anggota keluarga
yang tidak harmonis merupakan suatu korelat yang potensial menjadi penghambat
perkembangan sosial remaja.
Iklim kehidupan keluarga, memiliki pengaruh kuat terhadap
perkembangan hubungan sosial remaja karena sebagian besar kehidupannya ada
didalam keluarga. Situasi interaksi antar anggota keluarga, perlakuan anggota
keluarga terhadap remajanya, dan juga acara-acara TV dalam keluarga memiliki
pengaruh kuat terhadap kondisi psikis remaja. Apalagi, perkembangan teknologi
informasi melalui berbagai saluran TV yang setiap waktu dapat dinikmati remaja
menghidangkan acara-acara yang bervariasi. TV dalam keluarga merupakan variable
yang sangat kuat pengaruhnya terhadap perkembangan hubungan sosial remaja;
termasuk timbulnya perilaku nakal.
Karena remaja juga tengah berada dalam fase krisis identitas atau
ketidaktentuan, mereka amat memerlukan teladan tentang norma-norma yang mapan
untuk diidentifikasi. Perwujudan norma-norma yang mantap itu tentunya menuntut
orang tua sebagai pelopor norma. Dengan demikian, factor keteladanan dari sosok
pribadi orang tua menjadi amat penting bagi variasi perkembangan sosial remaja
pada keluarga yang bersangkutan. Kata Jay Kesler (1978) remaja sangat
memerlukan keteladanan dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Pentingnya
factor keteladanan dikuatkan oleh Fawzia Aswin Hadis (1991) dan Soedjipto
Wirosordjono (1991) bahwa orang tua harus dapat menjadi panutan dan jangan
menerapkan orientasi (Parent-oriented)
orangtua serba benar, memiliki privilege,
dan menekankan otoritas.
2.
Lingkungan
sekolah
E.
Karakteristik
Perkembangan Sosial Remaja.
Remaja
pada tingkat perkembangan anak yang telah mencapai jenjang menjelang dewasa.
Pada jenjang ini, kebutuhan remaja telah cukup kompleks, cakrawala interaksi
sosial dan pergaulan remaja telah cukup luas. Dalam penyesuaian diri terhadap
lingkungannya, remaja telah mulai memperlihatkan dan mengenal berbagai norma
pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya di dalam
keluarganya. Remaja menghadapi berbagai lingkungan, bukan saja bergaul dengan
berbagai kelompok umur. Dengan demikian, remaja mulai memahami norma pergaulan
dengan kelompok remaja, kelompok anak-anak, kelompok dewasa, dan kelompok orang
tua. Pergaulan dengan sesama remaja lawan jenis dirasakan yang paling penting
tetapi cukup sulit, karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan
sesama remaja, juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk
memilih teman hidup.
• Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan . Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting , tetapi cukup sulit , karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup .
• Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional . Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya .
• Menurut “ Erick Erison ‘ Bahwa masa remaja terjadi masa krisis , masa pencarian jati diri . Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural . Sedangkan menurut Freud , Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual .
• Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok , baik kelompok besar maupun klelompok kecil .
• Pada masa remaja , anak mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan . Pergaulan sesama teman lawan jenis dirasakan sangat penting , tetapi cukup sulit , karena di samping harus memperhatikan norma pergaulan sesame remaja juga terselip pemikiran adanya kebutuhan masa depan untuk memilih teman hidup .
• Kehidupan sosial remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual dan emosional . Remaja sering mengalami sikap hubungan sosial yang tertuutup sehubungan dengan masalah yang dialaminya .
• Menurut “ Erick Erison ‘ Bahwa masa remaja terjadi masa krisis , masa pencarian jati diri . Dia berpendapat bahwa penemuan jati diri seseorang didorong oleh sosiokultural . Sedangkan menurut Freud , Kehidupan sosial remaja didorong oleh dan berorientasi pada kepentingan seksual .
• Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok – kelompok , baik kelompok besar maupun klelompok kecil .
F.
Perbedaan
Individu dalam Perkembangan Sosial.
Bergaul
dengan sesama manusia (sosialisasi) dilakukan oleh setiap orang, baik secara
individual maupun berkelompok. Dilihat dari berbagai aspek, terdapat perbedaan
individual manusia, yang hal itu tampak juga dalam perkembangan sosialnya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
Sesuai dengan Teori komprehensif yang dikemukakan oleh Erickson yang menyatakan bahwa manusia hidup dalam kesatuan budaya yang utuh, alam dan kehidupan masyarakat menyediakan segala hal yang dibutuhkan manusia. Namun sesuai dengan minat, kemampuan, dan latar belakang kehidupan budayanya maka berkembang kelompok-kelompok sosial yang beranekaragam.
Remaja yang telah mulai mengembangkan kehidupan bermasyarakat, maka telah mempelajari pola-pola yang sesuai dengan kepribadiannya.
G. Upaya Pengembangan Hubungan Sosial Remaja dan Implikasinya dalam
Penyelenggaraan Pendidikan.
a) Penciptaan
kelompok sosial remaja perlu dikembangkan untuk memberikan rangsang kepada
mereka kearah perilaku yang bermanfaat.
b) Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya dan kelompok-kelompok belajar untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .
b) Perlu sering diadakan kegiatan kerja bakti , bakti karya dan kelompok-kelompok belajar untuk dapat mempelajari remaja bersosialisasi sesamanya dan masyarakat .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar